Skip to main content

Pertemuan Singkatlah yang Selalu Membekas (bagian 1)

Berawal dari kejadian yg tak pernah diduga.

Raiya gadis yang selalu mencoba bersemangat di setiap waktunya. Ia seorang tenaga administrasi honorer di sebuah sekolah negeri di kotanya. Selain menjadi tenaga admin, ia juga menjadi guru privat di sebuah bimbel.

Hari itu, sepulang sekolah Raiya akan langsung menuju rumah murid lesnya. Karena waktu sholat sudah hampir habis, ia terpaksa mencari mushola atau pun masjid.

Biasanya masjid yang ia cari. Tapi karena yang terdekat adalah mushola di sebuah pom bensin, ia memutuskan untuk beribadah disana.

Namun, kejadian yang tak pernah ia duga terjadi...
"Pak, dompet saya hilang!" Raiya terkejut. Ia berbicara dengan seorang penjaga mushola.

"Sebentar, mbak. Coba dicek lagi!" kata si penjaga.

"Ya, pak. Tidak ada, tadi masih ada kok.." kata Raiya hampir menangis.

"Sebentar, mbak. Saya cek orang-orang yang keluar masuk disini."

"Tunggu, pak. Tadi orang ini dari dalam. Saya melihatnya." Raiya menuduh seseorang.

Orang yang Raiya tuduh tidak mau mengaku. Padahal, Raiya jelas sekali melihat orang itu dari dalam mushola masih menggendong tasnya.

Sampai akhirnya orang itu menggeledah semua barang bawaannya sendiri.

Tidak ada dompet Raiya. Semuanya seperti sudah di setting sedemikian rupa. Orang itu akhirnya berhasil kabur.

Raiya menangis. Bingung, apa yang harus ia lakukan. Untung saja ada seseorang yang ia kenal dan membantunya. Tapi ya percuma saja, tidak ada hasil. Pencopetnya berhasil kabur. Yang ia tuduh tadi ternyata benar. Memang orang itu yang mengambilnya.

Perasaan Raiya campur aduk. Bapak yang menolongnya menyarankan untuk langsung lapor ke kepolisian setempat.

"Mbak lapor aja ke kepolisian setempat. Coba cari yang terdekat. Bilang minta surat laporan kehilangan."

"Ya, pak. Terima kasih." Raiya sangat beruntung, karena bapak itu tidak hanya memberi masukan, tetapi juga membelikannya bensin. Karena awalnya Raiya juga akan mengisi motornya.

Raiya bergegas ke polsek terdekat. Perasaannya yang campur aduk membuatnya semakin ingin menangis. Sampai di polsek pun ia menangis.

Dalam hati, yang ia sesali adalah surat-surat pentingnya. Semua surat dari KTP, SIM, STNK, Kartu ATM, dan kartu Mahasiswa. Semuanya ada di dompet itu.

bersambung...

Comments