..................... Hari berikutnya, Raiya terpaksa tidak berangkat ke sekolah. Ia berpamitan kepada teman-teman guru, ia tidak hadir karena ada urusan penting. Ia tak menceritakan apa yang terjadi padanya. Namun ia tetap memakai seragam gurunya. Sekitar pukul 9, Raiya pergi ke kantor kelurahan yang terletak di dekat sekolahnya dulu. Ia sudah mempersiapkan semua dokumen yang akan digunakan. Dari BPKB dan Kartu Keluarga untuk membuat surat pengantar. Awal kali ia masuk ke kelurahan, ia merasa kecewa dengan pelayanan di kelurahannya. Ya menurutnya, lurah di desanya sangat sombong. Mungkin karena merasa punya jabatan di desanya. Mungkin juga lurah itu merasa kalau dia hebat, seusianya sudah bisa menjabat di kelurahan. "Pak, mau minta surat pengantar." Sibuk dengan ponselnya, tak menggubris Raiya. Di sebelahnya, seorang bapak yang lebih tua dari lurah itu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, ia baru menjawab, "Ya, sama Pak Slamet itu."