Skip to main content

Pertemuan Singkatlah yang Selalu Membekas (bagian 2)

Ia masih bingung dan memberanikan bertanya kepada salah satu polisi. Kebetulan sedang ada ibu-ibu mengurus entah apa. Raiya berdiri menunggu polisi itu selesai. Tiba-tiba polisi yang duduk di bangku panjang bertanya.

"Kenapa, mbak ?"

"Mau minta surat laporan kehilangan, pak."

"Kehilangan apa ?"

"Surat-surat. STNK, SIM, KTP, Kartu ATM, pak."

"Sudah bawa BPKB belum?"
Raiya bergumam dalam hati, ini polisi nggak ada ramahnya sama sekali. Menyebalkan. Dari dulu juga sebal sama polisi. Apalagi yang di jalan raya. Ia lalu menjawab sambil terisak.

"Belum, pak. Terus?"

"Rumahnya mana?"

...........

"Tegalarum, pak."

Polisi yang sedang melayani ibu-ibu tadi ikut menyahut, "Naah, mending minta suratnya sekalian di Polsek Tegalarum. Daripada mbak nya bolak balik."

"Oh, gitu. Ya udah, pak. Makasih."

Raiya keluar, masih terisak. Ia sebenarnya sangat malu. Ada orang-orang yang melihatnya, mungkin dengan berkata di dalam hati, kenapa orang itu, seperti habis dianiaya.

Saat akan mengambil motornya, ada bapak-bapak yang bertanya, sepertinya beliau juga seorang polisi, tapi karna memakai jaket, jadi Raiya tidak terlalu memperhatikan.

"Kenapa, mbak. Kok nangis ?"

"Nggak apa-apa kok, pak." Raiya mencoba menghentikan isakannya. Tapi tidak berhasil.

Raiya langsung pergi dari tempat itu.

Sesampainya di rumah, Raiya langsung mencari BPKB dan buku tabungan. Rencana ia sekalian akan memblokir kartu ATM nya.

Ia langsung menuju bank. Tapi sampai di bank, pintu bank sudah digantung tulisan "TUTUP". Raiya tidak menyerah. Ia langsung tanya satpam.

"Pak, sudah tutup ya?"

"Iya, mbak. Gimana? Mbaknya mau apa ?"

"Mau blokir kartu ATM, pak."

"Masuk aja, mbak.. Langsung ke mbak-mbak yang ada di pojok."

"Ya, pak. Makasih." Raiya merasa sangat lega. Untung saja, masih bisa. Walaupun uang yang ada di dalam sedikit, tapi sangat berarti baginya. Karena rencana untuk membayar kuliah semester depan.
Raiya masuk dan menemui pegawai yang ada. Mungkin banyak yang bertanya dalam hati, karna mata Raiya bengap-bengap seperti habia dipukuli orang. Efek menangisnya tadi masih membekas di wajahnya.

Singkat cerita, kartu ATM nya berhasil diblokir. Raiya keluar dan langsung menuju tujuan selanjutnya, ke Polsek.

Sampai di polsek, Raiya memarkir motornya di depan. Sepi. Hanya terlihat dari luar ada beberapa polisi yang sedang bermain catur atau apa, ia tidak terlalu memperhatikan.

Saat Raiya menuju pintu, saat itu juga ada seorang polisi yang keluar dari pintu yang ada di dalam. Dengan seragam atasan yang dikeluarkan dan alas kaki sederhana, seperti baru saja selesai sholat. Polisi itu langsung bertanya kepada Raiya.

"Gimana, mbak? Ada yang bisa saya bantu?" ia bertanya dengan sangat ramah. Berbeda dengan yang ada di polsek sebelumnya.

"Mau minta surat laporan kehilangan, pak."

"Sudah bawa syaratnya belum? Surat pengantar dari kelurahan?"

"Lhoh, ada itu juga ya, pak. Saya kira cuma BPKB."

"Iya, harus ada surat pengantar dari kelurahan sama BPKB."

"Ooh, gitu. Ya udah pak, besok saja. Makasih, pak."

Entah secara sengaja atau tidak, Raiya melihat name tag polisi itu.

bersambung...

Comments